Berita Terbaru :

Selasa, 25 Januari 2011

Uskup Roemond, Belanda Selatan Mgr Fransiskus Wiertz santap siap di Moyaporong


Tomohon, Selasa,  25 Januari 2011, pukul 12.35 - Hari ini cuaca kadang gerimis kadang panas. Meski demikian, kami sudah siap menyambut kedatangan Bapak Uskup Belanda di Moyaporong.  "So sampai mana dorang, Pastor Santi?" tanya saya kepada Pastor Chris Santi, pr Sekretaris Keuskupan Manado yang sudah duduk di salah satu meja di Moyaporong Cafe. "Mereka sementara di Woloan. Tunggu sadikit le...",  jawab Romo Santi sambil memegang hape untuk memonitor perjalanan Bapak Uskup Belanda. Setelah itu, tampaknya dengan memegang hape, Romo Santi berbicara dengan salah satu personil rombongan agar cepat datang soalnya makan siang sudah siap dan keburu dingin nanti.

Tak lama kemudian, Pastor Yong MSC datang ikut bergabung di tempat itu. Betul, tidak lama kemudian rombongan Uskup tiba di Moyaporong. Mgr. Yosef Suwatan, Uskup Manado memperkenalkan satu persatu siapa-siapa yang hadir di tempat ini. Selain Uskup Belanda dan Manado, hadir juga Pastor Ton Stocen, Vicaris of Missionete, Emile Ramakers, Br Han yang berdarah Belanda. Setelah itu, Uskup mendekati teras untuk melihat pemandangan mengarah Gunung Lokon. Asap putih yang membumbung adalah asap vulkanik dari kawah gunung yang bukan di puncak melainkan di tengah, antara Gunung Lokon dan Bukit. Itulah keindahan Gunuh Lokon yang selalu mengeluarkan asap vulkaniknya.

Doa makan dipimpin oleh Pastor Yong. Rombongan kemudian menikmati santap siang yang disediakan oleh owner Jalan Salib Mahawu, Ibu Mary Wewengkang, meski tidak bisa hadir untuk mendampingi, karena masih di Jakarta, tapi dengan telpon beliau menyampaikan rasa terimaksih atas kedatangan Mgr Wietz dan rombongan. Hampir satu jam lebih bersantap siang di Moyaporong Cafe, gasebo dekat arena outbound. Kemudian Mgr Yosef Suwatan mengajak untuk mengunjungi kompleks "Jalan Salib Mahawu (JSM)" mulai dari Alamanda Retreat, Gua Maria, Makam Yesus, Taman Pieta, Yesus tersalib (stasi XII) dan kemudian masuk ke Chapel Mother of Mary.

Ketika sampai di Alamanda Retreat, Mgr. Wiertz bertanya apakah rumah retreat ini sering dipakai? Kami jawab ya. Bahkan tidak hanya orang Katolik saja. Dari Gereja-gereja Kristen, Instansi Pemerintah, Perusahaan-perusahaan, kelompok sekolah, dan kelompok kategorial sering pakai tempat ini. Udara yang sejuk, bentuk bangunan yang ramah lingkungan dan suasana yang tenang dan nyaman dekat dengan tempat ziarah, oh ya murah, itulah sebabnya mengapa mereka memilih Alamanda Retreat | Eco-Resort sebagai tempat kegiatan. 

Kunjungan berlanjut di Gua Maria dan tempat-tempat rohani lainnya. Yang menarik,  Bapak Uskup Wiertz yang selalu didampingi oleh Bapak Uskup Manado, Mgr Josef Suwatan nampak serius membahas patung-patung diorama yang terbuat dari campuran perunggu dan tembaga. Tidak hanya itu, beliau juga berdoa setiap kali berhenti di depan patung kudus itu.

"This place is like paradise" kesan Mgr. Fransiskus Wiertz setelah mengunjungi lokasi Bukit Doa Mahawu. Rombongan kemudian melanjutkan perjalanan ke Gereja Hati Kudus Tomohon dan makan malam bersama-sama Suster-suster JMJ di Walterus, Tomohon.






0 comments:

Posting Komentar