Apakah anda tinggal di sekitar daerah tujuan wisata (DTW) yang sering dikunjungi oleh wisatawan domestik maupun wisatawan asing? Atau, apakah anda ingin desa anda menjadi desa wisata sehingga desa anda menjadi destinasi pariwisata yang kemudian ramai dikunjungi oleh wisatawan?
“Anda tidak perlu menjawab ya atau tidak. Jawaban yang diperlukan hanyalah sederhana. Ubahlah pola pikir (mindset) anda bahwa setiap orang bisa menjadi salah satu pemangku kepentingan dalam pembangunan pariwisata selain pemerintah dan swasta. Andalah tuan rumah (host) dan pelaku pengembangan kepariwisataan. Sedangkan, swasta berperan sebagai pengembang dan pelaksana pembangunan kegiatan kepariwisatawan. Untuk urusan regulator dan pendukung pelaksanaan, menjadi tugas dan wewenang pemerintahlah” ungkap Bapak Basri dari Direktorat Jenderal Pengembangan Destinasi Pariwisata, Kementerian Kebudayaan dan Pariwisata.
Demikian intisari dari kegiatan Pembinaan Kelompok Sadar Wisata di Destinasi Pariwisata yang diselenggarakan oleh Direktorat Pemberdayaan Masyarakat, Direktorat Jenderal Pengembangan Destinasi Pariwisata, Kementerian Kebudayaan dan Pariwisata pada hari Senin, 28 Nopember 2011 bertempat di Alamanda Eco Resort, Bukit Doa Mahawu, Tomohon, dihadapan para Kelompok Sadar Wisata (Pokdarwis) se Sulut.
Dari pagi hingga sore kegiatan pembinaan Pokdarwis itu berlangsung. Kehadiran para pejabat Kementerian Kebudayaan dan Pariwisata, Walikota Tomohon dan sejumlah pejabat lainnya, disambut dan diantar dengan Tarian Kabasaran, tarian perang khas Minahasa sampai ke tempat pertemuan yang berdaya tampung sekitar 150 orang. Penyambutan dengan Tarian Kabasaran ini memberi kesan tersendiri bahwa perpaduan antara obyek wisata dengan budaya setempat sangat diperlukan untuk daya taerik wisata.
Dalam sambutannya di hadapan Pokdarwis, Bapak Walikota, Jimmy Eman SE, menuturkan bahwa Tomohon sudah menjadi daerah destinasi pariwisata yang populer bagi wisatawan domestik dan wisatawan asing karena alamnya yang indah, budayanya yangg unik dan penyelenggaraan iven-iven wisata yang mendunia. Tomohon Festival Flower (TFF) sudah dua kali diselenggarakan dan menuai kesuksesan tersendiri. Tahun depan (2012) TFF akan digulirkan kembali dengan lebih banyak mengundang peserta dari luar negeri dan akan melibatkan Pokdarwis dari berbagai daerah.
Keseriusan Pemerintah dalam memajukan kepariwisataan ditandai dengan dua hal. Yang pertama penyerahan secara simbolis alat-alat kebersihan seperti sapu lidi, pacul, penyiram bunga, ember. Yang kedua adalah penanaman pohon sebagai simbol bahwa dalam pembangunan pariwisata, menjaga lingkungan hidup dan konservasi alam menjadi tugas dan tanggung jawab bersama dalam upaya mengurangi pemanasan global.
Selesai penanaman pohon, para pejabat Kementerian Kebudayaan dan Pariwisata, Dirjen Pengembangan Destinasi Pariwisata, didampingi Sekretaris Budpar Sulut dan Kadis Budpar Tomohon disambut dengan Tarian Maengket sebelum masuk ke ruang pertemuan. Dalam urainnya, Bapak Basri, dari Dirjen Pengembangan Destinasi Pariwisata, menegaskan bahwa setiap Pokdarwis harus memahami apa itu Sadar Wisata dan apa itu Sapta Pesona dan bagimana mensinergikan ke dua hal itu
Sadar Wisata adalah kesadaran masyarakat sebagai tuan rumah (host) yang baik bagi setiap pengunjung dengan memberikan lingkungan dan suasana yang kondusif. Itu penting, karena dewasa ini kebutuhan masyarakat berkreasi dan mengenal serta mencintai tanah air makin tinggi seiring dengan banyaknya orang melakukan perjalanan wisata.
Sapta Pesona itu tujuh pesona yang harus diwujudkan untuk menjadikan destinasi pariwisata menjadi daya tarik sehingga sebanyak mungkin wisatawan akan datang. Karena itu, kampanyekan sadar wisata dengan menampilan 7 pesona yaitu Aman, Tertib, Bersih, Sejuk, Indah, Ramah, Kenangan.
Bersamaan dengan itu, para peserta mendapatkan satu Buku Pedoman Pembinaan Kelompok Sadar Wisata yang isinya menjelaskan tentang organisasi, pembentukan, pembinaan Pokdarwis. Selain buku, setiap peserta mendapat tas, kaos Sapta Pesona, dan uang transport.
Bapak Yusup Sudadi, seorang praktisi kepariwisataan dari Yogyakarta, memberi pembekalan dan contoh-contoh peluang dan tantangan bagi Pokdarwis agar bisa mengembangkan kepariwisataan secara kreatif, inovatif dan menarik sehingga turis pun mau berkunjung ke lokasi wisatanya. Dalam paparannya, Bapak Yusup memperlihatkan foto-foto turis yang sedang jalan-jalan lewat pemantang sawah, tidur dan bergaul dengan masyarakat desa, bahkan ikut mencoba membuat handicraft atau kuliner yang bisa dibawa sebagai oleh-oleh.
Tujuan kegiatan pembinaan bagi kelompok sadar wisata itu tidak lain adalah meneguhkan dengan pasti kepada siapa saja terutama masyarakat yang tinggal di sekitar obyek wisata atau desanya menjadi desa wisata, bahwa andalah tuan rumah rumah yang baik bagi para wisatawan.